Postingan

Some Pieces #15: Ibumu Tidaklah Selalu Seseorang yang Kau Tahu

Ib umu tidaklah selalu merupakan seorang ibu Dahulu kala, dia adalah seorang anak perempuan Yang butuh penghiburan Dan senang dipangku Di atas paha, oleh kakekmu   Ibumu tidaklah selalu merupakan seorang istri Sebelum ayahmu, dia adalah anak remaja Yang bergairah dan cemerlang Berapi-api dibakar mimpi Melompat dari langit dengan berani   Ibumu suatu saat pernah menari Ia adalah seorang gadis Dengan sayap membentang dan berkilau Yang sering berputar menutupi Matahari   Ibumu pernah tidak memangku Atau berjalan bersama tali kekang kuda dan kerbau Sebelum kau dan ayahmu, Dia adalah kehidupan Yang sampai saat ini selalu kauusahakan © dailydoseofkafein | Published on December 17th, 2024

Peran Kita dalam Menarasikan Indonesia dan Kemegahan Budayanya: Sebuah Refleksi

Indonesia adalah negara ‘kelautan’ yang penuh dengan keanekaragaman hayati maupun budaya. Penelitian Peta Bahasa yang telah dilakukan Kementrian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) sejak tahun 1991 sampai 2019 memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki setidaknya 718 bahasa (belum termasuk dialek dan subdialek) dari 2.560 daerah pengamatan (Sabang sampai Merauke). Sebagai bagian dari budaya, bahasa adalah alat yang memungkinkan budaya untuk ‘berbicara’—bahasa adalah medium, sebuah jembatan yang membuat budaya bisa menjelaskan diri mereka sendiri. Dengan demikian, artinya, Indonesia bisa ‘membicarakan’ budaya yang dia miliki dengan alat yang beragam pula sehingga kita bisa mengatakan bahwa Indonesia adalah negeri dengan sejuta istilah—Indonesia memiliki banyak kisah.  Bagus Muljadi, seorang asisten profesor di Universitas Nottingham, pernah mengatakan bahwa walaupun bangsa Indonesia sangat menyadari betapa kayanya negeri yang mereka tinggali, bangsa Indonesia hanya menyebarkan cerita ...

Some Pieces #14: Bittersweet

We were young Error and curious Ecstatic and energetic A lamb in Mary's land We were rosy buns who were so alive Versatile but fragile. Flowers in spring Whose life had just been born and were blooming We were not so intact to reality Beaming like the Sun; smiling so blindly Dreaming of faraway lands full of heroic stories To be epic and classic; to be Romanians or Greeks We used to bear the struggle together We used to laugh under the thunder We used to be okay We used to always stay But nothing is static; even us We parted ways, changing colors and shapes We went off a tangent. Was it worth it? Still relevant?  Did we make it? With all the others? It was bittersweet—our journey We laughed and cried and dreamt and disappointed only on Earth Was there an exact color? A definite answer? A proper scale? It was mixed altogether Sometimes the stars were shining It was all yellow Sometimes the tides were a storm It was all blue and purple Sometimes it was a blessing in disguise An ange...

Some Pieces #13: Puisi untuk Ibu Pertiwi

Ibuku memanggil  Dengan tangisan  Rahimnya berdarah  Tak ada anak mau menolongnya  Ibuku memanggil  Dengan rintihan  Dia diperkosa Oleh anak yang diasuhnya dengan cinta  Ibuku berteriak  Meraung dan menjerit  Dia diabaikan  Oleh anak-anak yang menulikan pendengaran mereka Ibuku yang suaranya sedang tak merdu  Aku menyayangimu, sungguh Aku harap Tuhan mendengar nada sumbang dalam nyanyianmu  Sehingga Dia bisa membuat kita berada dalam suara yang satu Ibuku yang jelitanya tertutupi  Aku mencintaimu, sungguh  Aku berharap engkau segera sembuh  Sehingga kita bisa saling merengkuh  Ibuku ... oh, ibuku  Betapa aku ingin menghampirimu  Betapa aku ingin menawarkan diri menjadi penumpu untuk tubuhmu yang hampir roboh Aku ingin mengusap pipimu, menghapus air mata berlinang Ibu Pertiwi yang melahirkanku Rahim tempatku 'menjadi' Kalau aku memang harus kembali  Di tanahmu aku akan abadi © dailydoseofkafei...

Some Pieces #12: Malik dan Politik

MALIK  adalah seorang pendiri pondok pesantren. Sebagai seseorang yang berjuang dalam bidang pendidikan Islami, Malik menarik diri dari gejolak politik di Negara M, tanah air bagi pondok pesantrennya. Menurut Malik, politik itu kotor, dan hal sesuci nilai Islam tidak boleh dikotori oleh kongkalikong kepentingan partai. Maka dari itu, Malik berpesan kepada muridnya untuk tidak terjun ke dalam jurang politik, sebab Malik khawatir anak didiknya yang luhur dengan nilai-nilai Islam akan dikorupsi oleh intrik koalisi.   Suatu hari, Negara M melaksanakan pemilihan umum. Singkatnya, pasangan calon yang menawarkan ‘pembangunan terarah’ dengan ‘menekankan otoritas penuh pada kepemerintahan’ memenangkan kontestasi. Mereka terpilih menjadi pasangan presiden dan wakil presiden. Pada Seratus Hari Kerja, presiden mengesahkan undang-undang baru yang yang akan mengatur sistem operasional sekolah, termasuk pesantren. Menurut presiden, pengesahan tersebut dibutuhkan untuk mendorong kemajuan dala...

Some Pieces #11: Pergi dari Hutan, Pindah ke Kandang

PAIPAI, seekor tupai, belum sejajar dengan bayangannya ketika dia sedang memunguti kayu dengan riang. Tutu, adiknya, muncul tak lama kemudian. Tas menempel di punggung Tutu. Anak itu baru pulang sekolah. Segera setelah Tutu menyimpan perlengkapan sekolahnya, Paipai menyuruh Tutu untuk membantunya. “Bagaimana sekolah setelah pergantian pemimpin?” tanya Paipai tatkala Tutu sudah turun dari pohon. “Tidak terlalu bagus,” ucap Tutu. “Ada rumor bahwa herbivora tidak akan diizinkan sekolah.” Paipai mengendikkan bahu. “Selalu seperti itu. Keadaan akan membaik dalam beberapa waktu.” Pemilihan umum untuk memilih kepala hutan telah dilaksanakan beberapa bulan lalu di Hutan X. Paipai selalu beranggapan bahwa kontestasi pemilihan umum di Hutan X hanya merupakan ajang untuk menebar janji manis. Sebagai seekor tupai, dia tidak pernah ikut berpartisipasi secara aktif dalam aktivitas politik. Menurut Paipai, siapa pun yang menjadi pemimpin tak akan memengaruhi kehidupannya. Paipai tak perlu ribut-r...